Jumat, 12 Februari 2016

Kisahku Untuk direnungkan

Cerita untuk direnungkan, sebenernya sudah lama saya ingin berbagi namun saya ragu dan enngan untuk posting artikel ini, karna mungkin ada aja yang tidak suka dengan artikel yang saya buat ini, tapi... iya sudahlah....lah... jelasnya tujuan saya ingin saling berbagi pengalaman ceritaku...

Saya berprofesi sebagai pengajar di salah satu sekolah Dasar Negeri, Pengabdian saya sudah 10 tahun lamanya, Namun saya masih Honor,  yang tidak seberapa upah yang diterima saya, Tapi saya selalu berusaha untuk bisa bersyukur dengan Profesi saya saat ini. Dengan keadaan saya yang terbatas saya mencoba untuk mencari sampingan tambahan untuk menafkahi anak dan istri saya dengan ikut ke salah satu teman saya, berjualan kambing untuk Qurban, pada hari itu ada Seorang lelaki datang umurnya diperkirakan antara 30 tahun dia  memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Permisi Silahkan kang…”, lantas lelaki  itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya,”kalau yang itu berapa ya kang…..?”.
“Yang itu 1500,000 ribu kang,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya kembali si Lelaki itu. “1.400,000 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah…… . “Tapi, uang saya hanya 1.200,000 ribu, boleh kang?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada Lelaki  tersebut.
Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah Lelaki  itu.
Rupanya Lelaki  itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan adiknya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
Diatas dipan, tertidur seorang Ibu tua kurus. “Mak…..bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata Lelaki  itu pada Ibunya  yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak….”, kata Lelaki  itu dengan penuh kegembiraan.
Si Ibu  sangat terkaget  Nampak  bahagia, sambil menangis dan mengelus-elus kambing, Ibu itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban”.

Lelaki itu menjabat tangan saya memperkenalkan dirinya pada saya dan begitupun sebaliknya saya pun demikian, lantas saya Tanya lelaki itu dengan basa basi ” klo boleh tau kakang kerja dimana ya? Lelaki itu menjawab, “ Ya kang,, saya hanya tukang cuci piring di warung makan”
“saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya….”, kata Lelaki itu

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.
“Kang, ini ongkos kendaraannya…”, panggil Lelaki itu,”sudah kang, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar’, kata saya.
Saya cepat pergi sebelum Lelaki  itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….
Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari Lelaki  itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada ke engganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu.

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Posting Komentar